Selasa, 02 Desember 2008

pengaruh gelombang elektromagnetik ponsel pada otak

ABSTRAK

Telepon seluler (ponsel) memang bukan lagi barang mewah. Alat ini telah menjadi kebutuhan masyarakat luas dari berbagai strata sosial. Bahkan, kini marak anak-anakpun mulai gemar berkomunikasi lewat ponsel. Namun sebenarnya mereka tidak mengerti dampak dari gelombang yang dihasilkan oleh ponsel tersebut. Dalam pembahasan kali ini dijelaskan mengapa para ahli khawatir akan dampak negative yang ditimbulkan oleh gelombang pada ponsel. Menurut teori, perkembangan teknologi dan pemakaian perangkat elektronik seperti ponsel, pemanas microwave, dan sejenisnya konon membuat setiap orang akan terekspos frekuensi gelombang elektromagnetik (EMF) yang kompleks. Tingkat paparan gelombang EMF berubah secara signifikan, sejalan dengan penemuan teknologi yang mengandalkan EMF. Salah satu perangkat berkembang pesat adalah ponsel.

PEMBAHASAN

Bagi kebanyakan masyarakat, ponsel sudah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan kita. Mulai dari pedagang kecil yang sering dilabeli pedagang kaki lima hingga pedagang kelas kakap mengandalkan ponsel sebagai media menjaring dan membina relasi. Dari hari ke hari jenisnya semakin bertambah dengan kemampuan yang juga semakin meningkat. Banyak perusahaan jasa telepon seluler belakangan ini menggunakan frekuensi 1.800 MHz, jauh lebih tinggi dibandingkan frekuensi sebelumnya yang hanya 900 MHz. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan frekuensi tinggi, khususnya perambatan gelombang. Selain itu, pada frekuensi 1.800 MHz saluran yang tersedia juga lebih banyak. Namun, keadaan tersebut sebaiknya harus kita waspadai sejak dini. Ponsel memang sangat membantu kita untuk mempercepat komunikasi. Tidak peduli seberapa jauh jarak yang ditempuh dan seberapa. Tak heran jika saat ini banyak ditemukkan berbagai jenis dan merk ponsel dipasaran. Harga yang dicantumkannya pun bermacam-macam sesuai dengan kegunaannya. Dari yang Rp 100.000 sampai ke Rp 10.000.000 pun ada.

Spektrum gelombang elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya atau bisa juga dikelompokkan berdasarkan frekuensinya. Mengenai spektrum gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombangnya atau freuensinya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

elektromagnetik dari ponsel akan menghasilkan energi yang mengikuti persamaan berikut ini:
E = h u
= h c/l

dimana:
E = energi yang dihasilkan, erg.
h = konstanta planck, 6,62 x 10-27 erg detik
c = kecepatan cahaya, 300.000 km/detik = 3.1010 cm / detik
l = panjang gelombang.
Kalau panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel diambil 10-2 meter, maka energi elektromagnetik yang akan dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut;
E = 6,62.10-27 x 3.1010 / (10-2.10-2 )
= 19,86.10-17 erg
Karena ; 1 eV = 1,6.10-12 erg
Maka : E =(19,86.10-17)/(1,6. 10-12)eV.
= 12,41 . 10-5 eV
= 1,241 . 10-6 eV

Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi. Hal-hal inilah yang pada saat ini sedang diteliti oleh Prof. Leid Salford, yaitu dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia.

Pengamatan lebih jauh mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia, ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia yang berada pada sekitar instalasi radar. Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama. Agitasi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik. Kalau intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi, dampak yang ditimbulkan mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir. Peristiwa agitasi oleh gelombang mikro yang perlu diperhatikan adalah yang berdaya antara : 4 mW/cm2 ~ 30 mW/cm2. Agitasi bisa menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia dan ini dapat berpengaruh terhadap kerja susunan syaraf, kerja kelenjar dan hormon serta berpengaruh terhadap psikologis manusia. Menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi. Hal-hal inilah yang kemungkinan diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit "alzheimer" yang pada saat ini tengah diteliti oleh Prof. Leid Salford. Alzheimer atau timbulnya kepikunan yang terlalu dini, sudah barang tentu sangat merugikan manusia karena jelas akan menurunkan produktivitas kerja seseorang.

Hal penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman. Nilai ambang batas aman sebesar 10 mW/cm2 ini berlaku di Amerika, sedangkan untuk negara-negara lain belum dicapai kata sepakat berapa sebenarnya nilai ambang batas aman tersebut. Sebagai contoh, Rusia menetapkan nilai ambang batas aman adalah 0,01 mW/cm2, jauh lebih kecil (1/1000 nya) nilai ambang batas aman yang ditetapkan oleh Amerika. Jadi mengenai penetapan nilai ambang batas aman masih perlu diteliti lebih jauh lagi, demi keselamatan pemakai gelombang mikro termasuk pula terhadap pemakaian ponsel.

Banyak pengguna ponsel yang mungkin tidak mengetahui bahwa ponsel yang mereka gunakan dapat mengirimkan gelombang elektromagnetik ke dalam tubuh mereka.

Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya energi gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh seseorang tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala. Paling tidak kurang lebih sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang diserap dan menembus daerah sekitar kepala.

Ponsel merupakan alat komunikasi dua arah dengan menggunakan gelombang radio yang juga dikenal dengan radio frequensi (RF), dimanapun kita melakukan panggilan, suara akan ditulis dalam sebuah kode tertentu ke dalam gelombang radio dan selanjutnya diteruskan melalui antena ponsel menuju ke base station terdekat dimana kita melakukan panggilan. Gelombang radio inilah yang menimbulkan radiasi dan banyak kontroversi dari berbagai kalangan tentang keamanan dalam menggunakan ponsel.

Pengukuran kadar radiasi sebuah ponsel umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate (SAR). Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh jaringan tubuh pengguna ponsel bisa dinyatakan sebagai unit dari watts perkilogram (W/kg). Batas SAR yang ditetapkan oleh International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) adalah 2.0 W/kg. Sementara The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah menetapkan sebuah standar baru yang digunakan oleh negara Amerika dan negara lain termasuk Indonesia dengan menggunakan batas 1.6 W/kg.

Setelah National Radiobiological Protection Board di Inggris mengeluarkan hasil studi epidemiologi yang menjelaskan korelasi antara beberapa kejadian penyakit kanker pada manusia dengan hasil pengukuran daya serta frekuensi medan listrik dan medan magnetik.
Popularitas penggunaan alat telekomunikasi perorangan seperti ponsel telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap radiasi/gelombang radiofrekuensi (RF).
Penggunaan telefon mobil dan seluler sudah sedemikian luasnya, sehingga perhatian banyak diberikan kepada efek pulsa modulasi radiasi RF.

Pada microwave (gelombang pendek), manusia dapat merasakan efek yang mengganggu akibat paparan pulsed-modulated RF radiation antara 200 MHz dan 6,5 GHz, bergantung karakteristik modulasi medan. Secara umum, efeknya berupa ekspansi termik pada jaringan otak, mengikuti sedikit kenaikan temperatur, setelah penyerapan energi, menghasilkan gelombang suara di kepala yang merangsang cochlea. Penyinaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan menimbulkan stres dan ketidaknyamanan.Selanjutnya, waktu paparan yang lama oleh pulsa microwaves dapat menimbulkan efek stres pada kimia syaraf otak. Bahkan, pada percobaan dengan tikus, dapat mengurangi aktivitasnya. Paparan oleh high-peak power microwave pulse menyebabkan respons kebiasaan yang spesifik, termasuk gerakan tubuh. Kemungkinan lain efeknya pada pendengaran. Dugaan adanya pengaruh terhadap penglihatan juga muncul. Perubahan juga ditemukan pada jaringan mata, termasuk lensa dan retina mata.
Beberapa tahun terakhir, timbul kekhawatiran adanya kemungkinan kanker akibat medan berfrekuensi rendah maupun tinggi. Tapi secara umum, sejauh belum ada bukti dalam skala laboratorium yang meyakinkan bahwa medan berintensitas rendah menyebabkan kerusakan genetika. Berbeda dengan radiasi pengion, EMF tidak memberikan energi yang cukup untuk memutus ikatan kovalen, sehingga tidak dapat merusak DNA secara langsung. Sejauh ini, bukti eksperimen dari beberapa lembaga yang besar mengkonfirmasikan bahwa paparan radiasi RF tidak meningkatkan frekuensi mutasi atau abrasi kromosom bila temperatur (tubuh) dapat dijaga di dalam batas fisiologi.
Kekhawatiran terhadap adanya radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, ternyata telah dimanfaatkan secara psikologis oleh produsen peralatan proteksi radiasi yang ditimbulakan oleh ponsel. Pada saat ini memang telah diperdagangkan suatu alat yang dikatakan dapat memproteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pontel, terutama yang katanya dapat menembus dan mempengaruhi jaringan otak manusia. Seberapa jauh efektifitas alat proteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pemakaian ponsel, sejauh ini masih perlu diteliti kebenarannya. Namun yang jelas, dampak psikologis terhadap kemungkinan adanya pengaruh radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, telah dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual peralatan proteksi tersebut. Peralatan proteksi radiasi tersebut ada yang berlabel buatan Amerika dan berbentuk cincin yang menurut "petunjukknya" harus ditempelkan pada bagian telinga agar radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak sampai ke jaringan otak. Harga yang ditawarkan untuk peralatan proteksi radiasi tersebut berkisar Rp 25.000,- per buah. Ada juga peralatan lain yang dikatakan sebagai reduktor radiasi elektromagnetik ponsel berupa loudspeaker telinga yang dilengkapi dengan extension kabel atau lebih populer dengan sebutan alat "hands free". Dengan alat hands free ini orang dapat berkomunikasi via ponsel tanpa memegang ponsel. Harga peralatan jenis terakhir ini ditawarkan dengan harga bervariasi antara Rp. 50.000 – Rp. 80.000,- tergantung dari jenis / merk ponselnya. Alat ini agaknya masih dekat denga tubuh karena pada umumnya dimasukkan ke dalam saku baju. Namun sekali lagi, seberapa jauh efektifitas peralatan proteksi radiasi elektromagnetik tersebut, kiranya masih perlu diteliti lebih lanjut. Satu hal yang pasti dan perlu diperhatikan adalah berkomunikasilah dengan ponsel seperlunya saja, agar waktu kontaknya singkat sehingga dosis yang diterima kecil dan waktu kontak yang singkat juga berpengaruh terhadap kantong Anda, karena menghemat pemakaian pulsa ponsel.

Tidak ada komentar: